Kenapa Kemeja Flanel Identik dengan Pria yang Tenang dan Dewasa?
Di antara begitu banyak jenis kemeja yang pernah naik–turun tren fashion pria, flanel selalu punya tempat tersendiri. Menariknya, kemeja flanel bukan cuma soal pola kotak-kotak atau kesan santai ala outdoor — tapi juga soal persona yang muncul ketika seseorang memakainya. Banyak orang beranggapan bahwa pria yang sering memakai flanel itu tampak lebih kalem, dewasa, dan “nggak neko-neko”.
Pertanyaannya: kenapa bisa begitu? Apa yang membuat flanel punya citra ke arah sana?
Kalau kamu pernah lihat seseorang memakai flanel berkualitas—terutama yang berbahan flannel katun seperti di koleksi Nuefelt—kamu mungkin paham maksudnya. Ada sesuatu pada flanel yang membuat pemakainya terlihat lebih steady, grounded, dan effortless.
Yuk kita bedah pelan-pelan.
1. Flanel Menciptakan Aura Hangat dan Bersahaja
Beda dengan kemeja pria pada umumnya yang sering memberi kesan formal atau “rapih tapi kaku”, flanel membawa suasana yang lebih hangat.
Tekstur flanel yang lembut—apalagi yang 100% katun seperti Nuefelt—membuat kemeja ini terlihat alami sejak dipakai pertama kali. Nggak berlebihan, nggak sok modis, tapi tetap stylish.
Aura “hangat” ini sering diasosiasikan dengan pria yang tenang, dewasa, dan nggak terburu-buru mengambil keputusan. Seseorang yang nyaman dengan dirinya sendiri.
Dan lucunya, sifat material flanel sendiri mendukung kesan itu:
- lembut,
- ringan,
- semakin dicuci semakin enak dipakai,
- dan menyerap keringat dengan baik.
Kesan hangat hadir bukan cuma dari look-nya, tapi juga dari feel saat dipakai.
2. Pria yang Pakai Flanel Biasanya Punya Taste ‘Low Effort, High Quality’
Coba perhatikan: pria yang memakai flanel berkualitas jarang terlihat overdress. Mereka bukan tipe yang butuh aksesori banyak, bukan tipe yang sibuk dengan tren setiap bulan.
Flanel membuat seseorang terlihat effortless tapi tetap rapi.
Ada alasan psikologisnya:
orang yang memilih flanel biasanya prioritasnya kenyamanan, fungsi, dan kualitas, bukan sekadar gaya. Karena itu, kemeja flanel sering dianggap sebagai pilihan cowok yang udah matang secara selera.
Apalagi kalau produknya memang dibuat serius seperti di Nuefelt yang self manufacture dan jahitannya rapi. Detail kecil seperti ini sering nggak disadari orang, tapi pengaruhnya besar terhadap kesan yang dipancarkan.
3. Warna & Motif Flanel Memang Cenderung “Dewasa”
Flanel jarang hadir dengan warna norak.
Kebanyakan warnanya:
- earth tone,
- navy,
- abu,
- maroon,
- olive,
- dan warna-warna kalem lainnya.
Motif kotak flanel juga cenderung stabil, simetris, dan tidak terlalu “berisik”.
Tanpa disadari, psikologi warna dan pola mempengaruhi bagaimana seseorang dinilai. Dan flanel, dengan tone-tone tenangnya, membawa citra pemakainya sebagai seseorang yang stabil secara emosional.
Sekali lagi, kesan dewasa itu muncul bukan karena gaya, tapi karena vibe-nya.
4. Flanel Identik dengan Pria yang Suka Aktivitas Santai, tapi Produktif
Flanel sering diasosiasikan dengan:
- pria yang suka bekerja fokus,
- pria yang suka suasana tenang,
- pria yang gemar aktivitas outdoor ringan,
- atau cowok yang suka rutinitas slow living.
Bukan yang terlalu ramai, bukan yang terlalu heboh.
Karena itu, orang yang memakai flanel sering terlihat sebagai seseorang yang memilih tempo hidupnya sendiri. Tidak terburu-buru, tidak terkesan “mengejar tren”.
Ini juga sebabnya flanel jarang dipakai pria yang ingin terlihat flashy — flanel justru dipilih mereka yang ingin nyaman tapi tetap terlihat berkarakter.
5. Look Flanel Selalu Memberi Kesan “Siap dengan Berbagai Situasi”
Kemeja flanel punya fleksibilitas yang jarang dimiliki kemeja lain.
Flanel bisa dipakai untuk:
- kerja santai,
- nongkrong,
- ngopi,
- pergi ke kampus,
- bahkan jalan-jalan.
Dengan kata lain, flanel memunculkan kesan “siap menghadapi apa pun hari ini.”
Pria yang versatile biasanya dianggap lebih dewasa karena tahu bagaimana mempersiapkan diri tanpa ribet.
Material flannel katun seperti Nuefelt yang ringan dan menyerap keringat juga bikin flanel cocok di berbagai cuaca, terutama tropis.
6. Flanel Membuat Pria Tampak Lebih Natural dan Apa Adanya
Salah satu daya tarik flanel adalah: natural look-nya.
Kalau kamu pakai kemeja formal—pola pikir orang lain langsung ke arah profesionalitas, status sosial, jabatan, atau formalitas.
Kalau kamu pakai flanel—yang dinilai justru personanya.
Flanel membuat sifat alami seseorang lebih kelihatan:
- apakah dia orang yang ramah,
- apakah dia tenang,
- apakah dia tipe pendengar yang baik,
- atau apakah dia lebih chill dalam menghadapi hidup.
Flanel mengurangi jarak sosial. Itulah sebabnya pria yang pakai flanel sering dinilai lebih approachable dan dewasa.
7. Dari Sejarahnya, Flanel Memang Dipakai Pria Pekerja Keras
Secara historis, flanel dipakai oleh:
- pekerja lapangan,
- petani,
- tukang kayu,
- pria-pria yang hidup sederhana tapi kuat.
Sosok-sosok seperti ini otomatis membentuk citra flanel sepanjang sejarah: maskulin, kuat, tenang, pekerja keras, dewasa.
Dan meskipun sekarang flanel sudah masuk ke fashion modern, bayangan karakter itu tetap terbawa.
Apalagi jika materialnya benar-benar berkualitas—seperti Nuefelt yang menggunakan 100% katun dengan tekstur ringan yang makin lembut setelah dicuci—kualitas itu semakin memperkuat kesan “serius tapi santai” pada pemakainya.
Pria Flanel Itu Bukan Soal Gaya — Tapi Soal Karakter
Kenapa flanel identik dengan pria yang tenang dan dewasa?
Karena secara tidak langsung:
- warnanya kalem,
- materialnya lembut dan natural,
- vibe-nya hangat,
- kesannya steady,
- sejarahnya maskulin,
- dan pemakainya cenderung lebih mengutamakan kualitas.
Semua elemen itu bertemu dan membentuk satu citra yang kuat.
Kalau kamu ingin terlihat rapi tanpa terlihat berusaha terlalu keras, terlihat dewasa tanpa harus tampil formal, dan tetap nyaman sepanjang hari — flanel adalah pilihan paling sederhana dan paling manusiawi.
Terutama kalau kamu memilih yang kualitasnya sudah terjamin seperti koleksi Nuefelt.











